Analisis Pembelajaran di Dalam Kelas

Wah, ngga kerasa ya, udah 6 minggu or at least sudah 40 hari (42 hari dikurangi libur 2 hari) kita, udah menjalani masa keren dalam hidup, as a “Mahasiswa” :3 Dan ngga kerasa juga, minggu depan udah UTS aja. Iya UTS. Ujian Tengah Semester. “Untuk Tau Saja”, eh ngga ding wkwk

Nah, di postingan ke tiga di blog yang masih fresh alias masih belum keisi ini, saya akan memberikan “Analisis” tentang proses pembelajaran di dalam kelas, khususnya di kelas Fitogeografi, beserta dengan saran maupun perbaikan yang muncul dari otak saya J Fyi saja, tulisan ini sendiri diperuntukkan sebagai starter awal penugasan UTS kami (?) Bagi saya pribadi, “tugas” menulis di blog ini cukup efektif dalam membangunkan otak saya dari masa dormansinya. Yeah, just like plants, I have dormancy time too, and that’s weird, I know….

Nah, daripada semakin melantur dan keluar istilah-istilah tak relevan lainnya, lebih baik abaikan saja cuap-cuap tidak jelas saya, dan silahkan membaca, ingat, persiapkan mata anda, karena mata anda akan dibuat “pegal” oleh rangkaian paragraf yang mungkin tak memuat faktor penting dalam tulisan, koheren dan koherensi. Selamat membaca J

Sebelum menulis lebih jauh, saya akan menguraikan definisi dari pembelajaran terlebih dahulu. Saya akan mengutip, em mengcopas sebenarnya, pengertian pembelajaran dari blog ini (http://dedi26.blogspot.co.id/)

  1. 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
  2. Sudjana (2004:28) “Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan”.
  3. Corey (1986:195) “Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan”.
  4. Dimyati dan Mudjiono (1999:297) “Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”.
  5. Trianto (2010:17) “Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan, salah satunya keterampilan atau konsep yang diajarkan dapat dikuasai oleh peserta didik pada akhir priode pembelajaran (Slavin, 1994).

Nah, secara simple, pembelajaran sendiri adalah interaksi/hubungan dua arah dari seorang guru dan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan. à ini udah yang paling ringkas, don’t force me to summarize it again..

Sesuai dengan pengertiannya, saya rasa pembelajaran di fakultas kehutanan selama + 6 minggu , khususnya di mata kuliah Fitogeografi, sudah cukup memenuhi syarat dari pembelajaran yang baik. Baik di sini saya ungkapkan berdasarkan tingkat pemenuhan faktor penting dalam pembelajaran. Faktor yang saya maksud:

 1. Interaksi yang efektif dan komunikasi dua arah yang baik antara dosen dan mahasiswanya

 Kebanyakan dari kami, mahasiswa, baru mau berbicara setelah ditunjuk, and that’s the truth. Yang saya senang, di pembelajaran fitogeografi dengan Pak Atus, kami selalu diajak untuk berani ‘bersuara’. Walau ditunjuk dari presensi, biasanya bukan dari kemauan kami sendiri untuk berbicara, tapi cara pak Atus benar-benar sudah sangat efektif memunculkan keberanian kami untuk berbicara. Seperti kata Mbak Sekar (President IFSA LC UGM), “A good scientist is not a good communicator”. Pernyataan itu didapat dari hasil riset di Inggris dan saya rasa itu adalah pernyataan yang benar. Banyak sekali orang ‘pintar’ ahli-ahli yang memang kompeten dan ahli dalam suatu hal, namun tak bisa menyampaikan apa yang ada di otaknya dengan baik. Nah, cara Pak Atus mengajak kami untuk aktif berbicara adalah salah satu langkah nyata yang efektif untuk memperbaiki kecenderungan ‘malas’ berbicara ataupun ‘lack of confident’ kami. Ditambah dengan kebiasaan ‘tersenyum’ yang selalu dilakukan oleh Pak Atus. Setiap kali kami menjawab ataupun mengutarakan pendapat, Pak Atus akan menanggapinya dengan tersenyum, dan mengatakan apakah jawaban kami kurang benar ataupun sudah benar, namun selalu disertai dengan senyuman. Dan bagi saya, senyuman Pak Atus itu memberikan efek diayomi, dihargai, bangga dan memunculkan keberanian kami untuk kembali berbicara, to speak up, dan mendapatkan jawaban yang benar. Because I think, if you want to make a change, you have to speak up, or at least you need a good writing skill.” Apalah guna berjuta ide yang ada di otak kita jika semua itu tidak bisa di realisasikan hanya karena kita tidak bisa mengungkapkan ‘ide’ itu kepada orang lain.

2. Penyampaian materi secara interaktif, efektif, dan seperlunya

Interaktif, efektif dan seperlunya di sini sesuai dengan arti harfiahnya (?) Saya bilang interaktif karena pembelajaran tak hanya terpaku pada buku dan materi, namun juga hasil diskusi dari osen dan mahasiswa. Penggunaan slideshow juga dapat menjaga diri kami dari rasa kantuk berlebih. Karena penggunaan slideshow lebih menarik dan lebih effisien dibanding penyampaian materi lewat perkataan yang kadang dilakukan dengan nada monoton yang justru memancing rasa kantuk. Sebaliknya, dengan metode interaktif yang memanfaatkan teknologi dan sarana yang ada, kami akan lebih tertarik menyimak materi yang tak hanya disampaikan melalui tulisan, namun juga gambar maupun perpaduan warna yang memanjakan mata kita dan menjaga kita to stay awake.

Saya bilang efektif karena di setiap pertemuan kami mendapatkan bahasan dan ilmu yang berbeda à artinya agenda pembelajaran/ pokok bahasan yang disampaikan sudah sesuai dengan rencana yang sudah tersusun sebelumnya. (Yang dapat kami lihat di kertas kuning pada presensi kamu, di situ tertera rencana pembelajaran setiap minggunya).

Nah, seperlunya di sini adalah apa yang disampaikan adalah sesuatu yang memang perlu disampaikan. Materi yang disampaikan adalah materi yang sekiranya belum dibahas secara rinci di buku pegangan (Pak Atus biasa menyebut buku pegangan kamu ‘buku hijau’, kind of funny because my book cover’s color isn’t green but orange…it so funny right? Just laugh out loud, before laughing becomes a paything (?)), dan materi yang sudah jelas di buku akan dilewati. Namun, tak lupa, Pak Atus selalu memberikan sign pada kami untuk lebih memperhatikan bagian penting dari materi, dan saya rasa itu efektif dalam membantu belajar kami. (Karena kami tidak harus mempelajari seluruh buku hanya untuk beberapa informasi yang penting saja).

3. Adanya pembelajaran tambahan dari hasil timbal balik antara dosen dan mahasiswa

Saat ada pertanyaan ‘menarik’ dari mahasiswa atau perlu dibahas lebih lanjut, Pak Atus akan menempatkan pertanyaan itu ke dalam pembahasan yang menyenangkan. Menyenangkan yang saya maksud adalah karena pertanyaan yang diajukan mahasiswa tidak hanya menjadi pertanyaan selingan yang lenyap dibawa angin, namun akan menjadi pertanyaan yang akan mendapatkan jawaban. Pencarian atau penentuan jawaban disini dilakukan oleh banyak pihak, tak hanya antara penanya dan yang ditanya, sehingga semua mahasiswa akan terlibat dan dapat mengungkapkan pemikirannya serta analisisnya terhadap suatu ‘masalah’. Nah, saat jawaban belum dapat ditemukan di kelas, atapun jika memang jawaban yang akan kami cari merupakan jawaban yang dapat membimbing kami menuju aktifitas belajar mandiri yang efektif dan relevan dengan materi yang diajarkan, Pak Atus akan menjadikannya sebagai PR (home work). Secara pribadi, saya suka cara Pak Atus ini. Selain melatih kami dalam menyelesaikan masalah, tugas (yang biasanya mudah dan penyelesaiannya sudah tersedia di buku atau sumber belajar lain) dapat menambah rasa ingin tahu dan kemampuan untuk menjawab suatu masalah dengan memanfaatkan segala fasilitas yang ada.

4. Adanya aktifitas pembelajaran lain di luar kelas yang memberikan bekal non akademik

Aktifitas pembelajaran tak hanya dilakukan di kelas, namun juga dapat dilakukan di luar kelas. Hal itu dapat dibuktikan dari kegiatan pengganti kuliah di kelas kami dengan mengikuti seminar Mahasiswa +++. Mengutip kata-kata mas Satria,

 

“Ketika di luar kelas lebih baik dibanding di dalam kelas, maka keluarlah, begitupun sebaliknya. Ketika di dalam kelas lebih baik dibanding di luar kelas, maka masuklah.”

 

Ungkapan ‘sensasional’ itu (yang saya dapat dari mengikuti seminar Mahasiswa +++) cukup mempengaruhi, em lebih tepatnya, memperluas pemikiran saya tentang betapa luasnya arena belajar dalam hidup ini. Belajar tak dibatasi oleh tempat, yang membatasi hanyalah kemauan dan kesediaan dari dalam diri kita untuk medapatkan hal-hal baru melalui aktifitas ‘belajar’. Ilmu tak hanya datang dari buku ataupun guru, namun juga datang dari teladan ataupun pengalaman hidup orang lain yang memberikan motivasi ataupu pengalaman tak langsung bagi diri kita. Walau tadinya melakukan hal yang tak biasa dilakukan adalah terpaksa, pada akhirnya aktifitas ini menjadi hal yang saya syukuri J So, pembelajaran yang dilakukan Pak Atus melalui aktifitas di luar kelas adalah hal yang baik dan benar untuk diterapkan J

 

Selain analisis dari pembelajaran yang telah saya alami selama menjalani aktifitas perkuliahan, saya akan menyampaikan beberapa saran (masukan) yang saya harapkan dan mungkin berguna untuk pembelajaran kedepannya. Mungkin.

Nah, saran yang akan saya utarakan yaitu :

a. Menambahkan intensitas kegiatan pembelajaran di luar kelas

 Saya rasa, pembelajaran di luar kelas cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan praktik, kemampuan menerima informasi dari luar, dan meningkatkan softskill kami. Saat belajar di dalam kelas, kami hanya akan ‘mengerti’ dan ‘mengetahui’ materi yang diberikan, namun kami belum dapat merasakan, melihat, dan menyentuk objek atau bahasan yang dipelajari jika kami terus di dalam kelas. Saya sendiri termasuk tipe orang yang belajar melalui perpaduan praktek dan teori. So, pengalaman melihat ataupun memegang objek secara langsung akan menambah pengertian kami akan suatu hal menjadi suatu pemahaman yang real.

 

b. Memperbanyak tugas / pr

 Jujur, sebagai maba yang menjalani 21 SKS, kami memiliki banyak waktu luang. Adanya waktu luang yang berlebih itu justru, kadang, belum dapat kami manfaatkan dengan baik karena adanya faktor “X” yang malah membuat kami melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat. Nah, dengan adanya penambahan tugas ataupun PR, saya rasa hal itu dapat membantu kami dalam menggunakan waktu dengan lebih baik. Pemanfaatan waktu untuk mengerjakan ataupun mencari jawaban dari suatu permasalahan akan mengajak dan memancing rasa ingin tahu kami, sehingga kami akan terbiasa berpikir kriti serta mengasah kemanpuan problem solving secara mandiri. Selain itu, dengan adanya tugas, mau tak mau, jika suatu pemecahan masalah tak bisa ditemukan dari internet ataupun buku, kami akan ter’ajak’ untuk berani bertanya lebih jauh mengenai suatu permasalahan kepada orang lain. Orang lain di sini dapat berupa teman, dosen, keluarga, maupuna ahli-ahli di bidangnya. Berani bertanya setelah melakukan usaha terlebih dahulu itu baik.

 

c. Menambah intensitas tugas tambahan yang mengharuskan kami untuk menulis

 Berdasarkan pengalaman dan pemahaman yang saya dapatkan selama hidup saya yang sudah 19 tahun ini, kemampuan yang diperlukan di masa mendatang bahkan di masa ini adalah menulis dan membaca. Menulis dapat menjadi sarana penyampaian ataupun pengungkapan gagasan maupun perasaan. Ya, dengan menulis, kita terlatih untuk mengungkapkan suatu hal dalam bentuk tulisan yang bisa dipahami orang lain. Seperti halnya kemampuan berbicara, menulis adalah sarana transfer informasi yang juga mutlak diperlukan. Kedepannya, untuk membuat laporan praktikum, saat skripsi, membuat papper ataupun suatu jurnal ilmiah dibutuhkan kemampuan menulis yang memadahi. So, dengan adanya tugas, seperti yang saya lakukan sekarang ini, yakni menulis di blog, walau awalnya terpaksa, seiring berjalannya waktu kami akan terbiasa mencurahkan ide, gagasan, kritik, maupun masukan lewat tulisan. Ya, terpaksa menjadi terbiasa.

Kemudian membaca, membaca juga kemampuan yang tak kalah penting dari kemampuan berbicara dan menulis. Membaca sendiri merupakan sarana memperoleh informasi melalui media tertulis / terketik. Ya, jika kita tidak punya kemampuan membaca yang baik dan efektif, informasi penting yang disampaikan lewat tulisan tak akan tersampaikan dengan baik. Dan jika kita tak bisa membaca secara efektif, waktu hanya akan terbuang untuk memahami atau hanya menyelesaikan membaca satu paragraf. Sebaliknya, jika kita terbiasa membaca, waktu yang dibutuhkan untuk membaca akan lebih singkat dengan perolehan informasi yang maksimal.

 d. Mamberikan waktu jeda / istirahat

 Setiap orang pasti memiliki masa/waktu jenuh/lelah/bosan. Percayalah. Riset membuktikan, enatah riset darimana :3, bahwa diantara jam 9-10 pagi, rasa lapar (walaupun sudah sarapan) akan muncul begitu saja, tanpa peringatan apapun. Selain itu, aktifitas menerima informasi ataupun menyimak/memfokuskan diri pada suatu hal juga membutuhkan energi yang cukup besar, jadi akan lebih baik jika di aktifitas pembelajaran diberikan jeda, barang 5-10 menit untuk melakukan hal-hal yang memungkinkan kita untuk merestore energi. Waktu jeda itu dapat dimanfaatkan untuk makan snack, minum, pergi ke toilet, ataupun tidur sebentar. Walaupun di kuliah ini aktifitas makan dan minum tidak dilarang (walau ada juga dosen yang melarang aktifitas itu dan itu larangan yang salah!), namun melakukan hal itu saat proses pembelajaran berlangsung mungkin akan membuyarkan konsentrasi. Jadi, saya sangat mengharapkan waktu jeda dalam 100 menit pembelajaran yang dilakukan setiap jam 9-11 ini agar kami dapat memusatkan perhatian sepenuhnya di proses pembelajara tanpa diganggu rasa lapar, mengantuk, apalagi kebelet(?).

 e. Mendatangkan kembali suatu tokoh atau seorang yang dapat memberikan pengalaman hidupnya yang dapat diteladani

 Seperti kata saya di atas, entah di paragraf ke berapa :3, belajar tak hanya dilakukan dengan media buku, namun juga melalui pengalaman hidup, karya, ataupun teladan dari orang lain. Semakin unik hal yang dilakukan ‘orang lain’ itu, semakin besar juga efek ketertarikan dan ingin tahu yang muncul dari dalam diri kami J Contohnya adalah saat Pak Atus mendatangkan rekannya dari Jepang, Kanako-san. Walau kunjungan Kaneko-san sangat singkat, namun saya sudah dapat mendapatkan pelajaran berharga darinya. Salah satunya adalah pentingnya sifat peduli pada hal-hal kecil namun berdampak besar bagi kehidupan. Dia meneliti tentang sanitasi, dengan mengkhususkan diri pada toilet. Toilet. Kita diajak untuk tidak hanya melihat masalah dari sudut pandang yang terlalu luas, kadang permasalahan dapat dipecahkan dari akarnya, yang jauh lebih sederhana dari permasalahan itu sendiri. It’s simple but meaningfull…

 f. Membuat discussion group di dalam ataupun di luar kelas

Selama 6 minggu mengikuti kegiatan perkuliaahan, saya mendapati jika sebagian besar dari kami belum memiliki kemampuan untuk menyampaikan pendapat dan pemikiran dengan baik. So, dengan adanya kegiatan diskusi secara periodik/kontinue, saya harap kami dapat mengasak kemampuan berpendapat, berpikir kritis, serta kemampuan problem solving kami.

 g. Membuat grup di media sosial untuk mempermudah komunikasi dosen dengan mahasiswa di luar kelas

 Masukan terakhir ini saya rasa juga penting. Kadang kami serig bingung jika ingin menanyakan sesuatu namun tidak dapat menemui Pak Atus secara langsung. So, kami akan sangat dimudahkan dan terbantu jika ada media/sarana yang dapat menghubungkan kami dengan dosen kami. Media itu bisa berupa Line, facebook, e-lisa, dll, yang jelas pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran akan sangat berguna bagi kami J

 Sepertinya analisis saya pada pembelajaran selama kuliah + 6 minggu ini akan berakhir, karena saya masih belajar, so maaf jika analisis dan saran/masukan yang saya utarakan masih jauh dari baik dan layak untuk dibaca :3 Namun, saya berterimakasih pada Pak Atus, karena dengan adanya tugas ini, saya akhirnya dapat mengetik dengan cepat menggunakan keyboard meski tidak menerapkan sistem mengetik dengan 10 jari :3 à this is an achievement for me J

Akhir kata, saya ucapkan selamat menjalani UTS bagi diri saya dan semua rekan-rekan saya di kehutanan, teknik, kedokteran, pertanian, dan semua yang ada di penjuru UGM yang sangat luas ini. SALAM SUKSES !

Leave a Reply

Your email address will not be published.