Tugas : Mata Kuliah Fitogeografi
Dosen : Atus Syahbudin
Pertemuan : X (Kamis, 26 November 2015)
Hello successful people!! I’ll present my 4th posting, and as you can see in the title above, this post will be about strategic ways to know and identify tree easily (in my way of course).
Before I start, my post will be answering this question:
“Bagaimana cara saudara mengenali 65 jenis pohon pada Sabtu dan Minggu (21 – 22 November 2015) dan sebutkan kendala yang Saudara hadapi!”
And, here are the answers that I’ve got.
Bagi saya, praktikum lapangan Fitogeografi yang dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 21-22 November kemarin adalah pengalaman baru yang penuh kesan. Mengapa saya bilang penuh kesan? Yeah, because from this activity (I call this activity because it is how I define this field practice, so, just let it be please J ) I could get new experiences. Pengaman itu tak hanya sekedar senang, lelah, menantang, namun juga pengaman yang membangun, seperti : bisa mengenal pohon secara langsung; semakin dekat dengan teman se co-ass; bisa lebih mengenal co-ass (which is important, I’ll explain this later); bisa belajar untuk memanage waktu agar selama waktu yang ditentukan, kami dapat menyelesaikan praktikum; dan yang tak kalah penting, kami belajar untuk dapat ‘belajar’ dimanapun dan kapanpun itu kami berada (I’ll explain this later too).
Nah, selain nilai-nilai positif yang saya sebutkan di ata, tentu juga ada kendala yang kami temui di praktik lapangan, which is a lot. Beberapa kendala yang saya maksudkan adalah:
1.Waktu terbatas dan jumlah observasi tanpa batas
Masalah waktu memang terkesan klasik, namun inilah problem utama yang saya hadapi. Pertama adalah karena waktu mulai selalu molor. Sangat disayangkan, keterlambatan dan molor telah menjadi budaya layaknya prasit yang sangat sulit dihilangkan dari masyarakat Indonesia. (and this is so bad!).
Selain karena keterlambatan, waktu pelaksanaan juga menjadi kendala. Dengan waktu at least 7-9 hours, we have to finish “unknown” amount of observation. Kenapa saya bilang unknown? Karena jumlah pohon yang harus diamati dan dikenal dalam sehari batasan jumlahnya tidak jelas. Co-ass kami menyatakan bahwa minimal kami dapat mengenal 25 pohon,dan menurut saya itu jumlah yang sudah cukup untuk sehari. Namun dalam prakteknya, kami dapat menyelesaikan 32 pohon dalam sehari. Memang, jumlahnya tak terlampau jauh dari yang telah dijadikan patokan minimum, tapi untuk melakukannya, sering kali kegiatan observasi dilakukan dengan lebih mengedepankan kecepatan dibanding pemahaman. Sehingga kerap kali saya lihat setiap praktikan dengan co-ass berbeda berlomba-lomba untuk menyelesaikan jumlah yang paling banyak, yang mana hal itu salah. Jelas salah, karena inti dari aktivitas ini seharusnyya adalah menjadi sarana untuk belajar dan mengenal pohon secara langsung, bukan untuk menentukan siapa yang cepat dan lambat. Oleh karena itu, akan lebih baik jika di taun depan, praktikum lapangan ini dilakukan sesuai maksud awalnya, bukan hanya sebagai ajang “kemenangan” yang semu.
2. Cuaca
Ya, ini kendala yang tidak bisa dihindari. Karena di bulan November telah memasuki musim penghujan, maka resiko terhambat oleh hujan adalah hal biasa. Namun, seharusnya kendala ini dapat diatasi jika seluruh praktikan mempersiapkan payung ataupun jas hujan, namun, sekali lagi, praktek berbeda dengan ekspektasi awal. Walau dari jauh hari sudah diingatkan dan diwajibkan membawa payung dan jas hujan untuk mengantisipasi hujan, tetap saja masih banyak yang enggan dan abai melakukannya. Alhasil, waktu terbuang hingga lebih dari 30 menit karena hujan. So, akan sangat baik jika masalah ini dapat dipecahkan, kesadaran memang bukan hal mudah untuk dicapai, namun itu bukan hal mustahi, asalkan ada niat dan arahan yang baik.
3. Kurangnya ciri yang dapat diamati langsung di lapangan
Kurangnya ciri yang saya maksud adalah keadaan dilapangan yang kadang kurang sesuai dengan teori, dikarenakan: bentuk tajuk yang kadang sulit ditentukan, organ generatif (bunga, buah, biji) yang tidak lengkap karena tidak di semua pohon dapat ditemukan, subjektifitas dalam penentuan tekstur batang, dan pohon yang terlampau tinggi.
Keterbatasan ini memang sulit untuk di pecahkan, karena memang tidak mungkin semua pohon, dengan jenis berbeda, dapat tumbuh secara homogen dan selalu dapat diamati. Maka, akan lebih baik jika kegiatan observasi dilengkapi dengan peralatan tambahan, em, maybe like drone, so that we can observe the tree from any angle, that can’t be observed beneath the tree.
4. Rasa bosan
Dalam waktu yang tidak singkat, yakni 7-8 jam, tidak mungkin seluruh praktikan dapat selalu berada di kondisi semangat optimal. So, akan baik jika di waktu break (yang dilakukan 2-3 kali dalam sehari), co-ass dan praktikan dapat saling menyemangati dan menjadi mood booster untuk sesama.
5. Lelah
Lelah adalah resiko yang juga tidak bisa dihindari. Karena itu, akan cukup membantu jika seluruh praktikan memiliki kesadaran untuk : memanfaatkan waktu istirahat dengan baik, kondisi badan harus optimal dan dalam kondisi sehat, serta makan dan minum yang cukup.
6. Tambahan jumlah pohon yang dasarnya tak jelas
Hal ini adalah kendala tambahan yang dasarnya tidak jelas. Namun jelaslah, kendala ini adalah turunan dari kendala pertama yaitu mengedepankan kecepatan dibanding pemahaman. Ya, karena jumlah pohon yang dapat diamati dalam sehari berbeda-beda, jumlah maksimal malah dijadikan patokan. Karena di hari Sabtu ada yang berhasil mencapai jumlah 42 dari 52 pohon yang harus dilakukan, pihak di ‘atas’ justru menjadikannya sebagai dasar untuk menambah jumlah pohon menjadi 62 pohon + 5 pohon dari praktikum Gymnospermae dari acara yang lalu. Bagi saya, itu sungguh sangat kurang efektif, karena penerapan “mengedepankan kecepatan dibanding pemahaman” di hari berikutnya malah semakin parah. Karena itu, sebaiknya di tahun depan, jumlah pohon harus ditentukan dengan lebih bijak dan realistis, jangan hanya mengharapkan pencapaian dengan kuantitas maksimal, namun kedepankan dulu kualitas.
7. Kurangnya keselarasan materi yang diberikan tiap co-ass
Ini adalah kendala yang baru kami dapati daat proses input data ke Microsoft Excel. Ya, karena tidak semua co-ass memberikan informasi yang dibutuhkan secukupnya, melaikan banyak juga yang masih kurang ataupun berlebih dalam mendapat informasi dalam lapangan. Sehingga, data yang di dapat praktikan dari beberapa co-ass kadang tidak lengkap, dan itu sungguh menjadi kendala dalam menyusun kunci determinasi jika saat penyusunan tidak didampingi co-ass.
Sebagai tanggapan dari kendala di atas, perlu dilakukan usaha untuk meminimalisir dampak dari kendala di atas dan memaksimalkan pemahaman untuk mengenali keseluruhan pohon yang jumlahnya tidak sedikit, yaitu 68 pohon. Jujur, cara yang saya tawarkan bukanlah hal yang khusus dan harus dilakukan dengan usaha berlebih seperti menyusun agenda, mengharuskan diri untuk selalu berada di depan co-ass yang menjelaskan, dan menyiapkan trik lain yang notabennya perlu persiapan di jauh jauh hari. Solusi yang saya tawarkan hanyalah hal sederhana yang dapat dilakukan semua orang namun hasilnya tak akan jauh dari usaha yang saya sebut sebelumnya. Bagi saya, lebih baik melakukan usaha seminimal mungkin untuk hasil yang sama dengan usaha ‘maksimal’ yang dilakukan orang lain. Ya, karena usaha dalam kehidupan nyata bukan lah ilmu pasti dengan besaran yang diwakilkan dengan angka, dan usaha tidak dapat dilihat hanya dari kesan ‘kesusahan’ yang terlibat, melainkan usaha adalah salah satu sarat pencapaian tujuan tertentu. Maka, dengan beberapa pertimbangan sederhana dan rasional, berikut beberapa kiat atau cara untuk mengenali pohon:
1. Menyiapkan seluruh peralatan yang dibutuhkan untuk menunjang keberlangsungan praktikum
Ini adalah persiapan pertama yang wajib dipenuhi. Untuk mengenali pohon di praktikum lapangan, kelengkapan perlengkapan dan persiapan matang menjadi syarat utama. Peralatan yang jelas dan harus disiapkan adalah:
a. alat tulis : digunakan untuk mencatat dan merekap hasil observasi yang dilakukan saat itu juga. Alat tulis yang baik digunakan adalah pensil, dengan pertimbangan tulisan/gambar akan tidak akan hilang jika kehujanan. Jika menggunakan pena/pulpen, maka wajib melakukan usaha agar kertas tidak terkena air hujan.
b. papan jalan (hardboard) : praktikum dilakukan dalam posisi berdiri karena untuk mengamati pohon berbeda, kita diharuskan untuk berpindah tempat, sehingga aktifitas menulis akan terbantu dengan adanya papan jalan sebagai alas menulis.
c. payung/jas hujan : karena praktikum dilakukan di musim hujan, demi kelancaran dan efektifitas waktu, jas hujan / payung wajib dibawa. Janganlah menyalahkan cuaca sebagai penyebab berkurangnya waktu praktikum, karena hujan dapat diatasi hanya dengan membawa payung/atau jas hujan yang beratnya tidak seberapa.
d. Baju yang cocok untuk praktikum lapangan serta sepatu yang mendukung mobilitas : hal ini terkesan sepele, namun pengaruhnya cukup besar di pratek nyatanya. Ya, dengan baju yang cocok dipakai dalam kondisi panas maupun hujan, aktifitas pengenalan pohon tidak akan terganggu, karena badan akan tetap nyaman dan terlindung dari keadaan panas maupun hujan. Selain itu, sepatu yang nyaman digunakan juga akan sangat mendukung pergerakan serta meminimalisir rasa lelah akibat perpindahan tempat.
2. Belajar terlebih dahulu minimal sehari sebelum praktikum
Usaha satu ini kadang kita abaikan, apalagi jika tidak ada pre-test sebelum paktikum. Namun, akan baik jika kebiasaan belajar sebelum praktikum dilatih sejak dini. Bagi saya, proses mengenal secara langsung akan terbantu jika secara teori kita sudah tahu/pernah mendengar. Penetahuan seminimal apapun akan memberikan perubahan besar dalam praktikum lapangan ini. Sama halnya dengan ungkapan “tak kenal maka tak sayang”, belajar adalah usaha awal untuk mengenal sebelum memahami.
3. Memastikan tubuh dalam kondisi fit serta membawa minum dan bekal makanan secukupnya
Didasarkan kendala rasa lelah dan bosan, kondisi tubuh yang fit menjadi hal wajib demu kelancaran pelaksanaan dan proses pengenalan pohon. Jika kondisi badan berada di keadaan fit, ketahanan terhadap rasa lelah dapat diminimalisir. Selain itu, rasa bosan dan berkurangnya konsentrasi juga dapat ditekan dengan adanya asupan energi dari minum serta makanan. Kadang mood dapat berubah-ubah dan rasa kantuk akan timbul saat perut dalam kondisi lapar, so, akan baik jika kita membawa bekal minum dan makanan/snack sesuai kebutuhan kita.
4. Mendengarkan penjelasan co-ass sesuai cara belajar kita
Selain hal hal sepele yang saya jelaskan dia atas, poin ini menjadi langkah strategis dalam mengenali pohon. Ya, cara belajar jelas akan mempengaruhi bagaimana kita menangkap informasi dari lapangan. Karenanya, akan lebih baik jika kita menerapkan tipe pemahaman kita saat co-ass menjelaskan. Berikut tipe-tipe yang saya temui selama praktikum lapangan lalu:
a. Mendengarkan penjelasan co-ass di depan, sehingga dapat melihat co-ass, objek yang diamati, dan mendengat suara co-ass lebih jelas.
Tidak semua orang menerapkan cara ini, karena kadang mendengarkan dan memperhatikan dengan konsentrasi penuh akan sangat melelahkan.
b. Mendengar penjelasan co-ass tanpa harus terus melihat co-ass namun tetap mengamati objek yang dijelaskan secara langsung
Praktikum ini dilakukan oleh 10 praktikan dengan satu co-ass, jadi tidak mungkin setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk selalu memperhatikan co-ass secara langsung di depannya, sehingga cara ini pun juga boleh dilakukan. Saya secara pribadi merasa lebih mudah mengamati objek dengan perpaduan mendengar dan mengamati/memegang langsung, karena pengamatan dilakukan secara langsung, cara ini akan sangat efektif dalam mengenal dan memahami banyak jenis pohon.
c. Mendengar penjelasan co-ass tanpa harus terus melihat co-ass
Ini biasa dilakukan oleh mereka yang cara belajarnya cukup dengan mendengarkan. Sehingga pemahaman akan didapat hanya dengan informasi yang didengar. Namun kadang, pemahaman yang didapat hanya sekedar teoretis sedangkan gambaran nyata dari objek yang diamati kurang.
5. Sebisa mungkin mengamati keseluruhan bagian pohon dengan dilihat, dipegang / diraba, dan dirasa dan memperhatikan ciri khusus/khas dari setiap pohon
Seperti di poin 4.a dan 4.c, saya sebutkan jika pengamatan langsung dengan melihat dan meraba akan sangat membantu proses pemahaman. Karena hal yang nyata jauh lebih mudah dipahami dibanding hal abstrak yang didapat dari teori. Selain itu, pemahaman juga akan didukung oleh pemusaran perhatian pada ciri khusus setiap pohon. Ya, tujuan kita adalah ‘mengenal dan dapat membedakan’ satu pohon dengan yang lain. Karena itu, akan jauh lebih mudah jika kita mengetahui sati curi khusus yang berbeda dari tiap pohon, dibandingkan memahami keseluruhan ciri tanpa fokus pada pembeda yang jelas adanya.
Untuk mendukung cara ini, kelompok di shift kami selalu melakukan pengenalan dengan memanfaatkan kata/kalimat yang lucu dan menarik agar lebih mudah mengingat jenis pohon tertentu. Contohnya:
– Sengon buto (Enterolobiu cyclocarpum) dari famili Mimosaceae, kami memperhatikan ciri khas yang paling terlihat, yaitu buah nya yang berbentuk seperti telinga gajah. Jadi kami memberi istilah khusus, seperti “cantek” yang menjurus pada buah dan bijinya yang berwarna hitam dan khas.
– Nyamplung (Calophyllum inophyllum) dari famili Clusiaceae yang berada di Fisipol akan kami ingat daunnya yang khas, yaitu tebal dan kaku, yang mana oleh co-ass kami dikatakan cantik. Maka kami memberi istilah “Cewek cantik nyemplung”. Cewek sebagai gambaran tempat pohon itu berada, yaitu di fisipol, yang menurut sebagian orang didominsi oleh mahasiswi cantik. Lalu cantik sebagai gambaran dari daunnya yang khas. Nyemplung sebagai plesetan dari nama pohon yaitu Nyamplung.
– Selain itu ada juga istilah like onde-onde untuk buah pohon Kantil (Michelia alca dari famili Magnoliaceae, dan istilah bul tel ter (Bulat telur terbalik) untuk daun Jambu mete (Anacardium occidentale) dari famili Anacardiaceae dan daun Keben (Barringtonia asiatica) dari Lecythidaceae. Dll..
6. Melakukan input data ciri lapangan di hari yang sama dengan hari praktikum
Hal ini akan sangat membantu dalam me-re call informasi mengenai pohon yang di dapat di hari yang sama. Sehingga saat menginput data, secara tidak langsung, kami juga akan memahami ciri khas dan mulai menghafal tanpa usaha berarti.
7. Mengelompokkan pohon berdasarkan kategori tertentu (Famili, ciri khas, warna, bentuk, dll)
Memasuki tahap pengenalan setelah praktikum, membedakan pohon dengan cara filter menurut kategori tertentu akan sangat memmudahkan dalam menghafal atau lebih tepatnya memahami pohon. Ya, dengan mengelompokkan berdasarkan famili misalnya. Pohon yang dikenal akan dibagi menjadi jumlah tertentu sesuai familinya, sehingga, we don’t have to see all of the tree’s information at once, maka akan lebih mudah lagi proses menghafal. Lalu, pengelompokan berdasar ciri khas, seperti bentuk tajuk, ada tidaknya kandungan atsiri, panjang tangkai daun, bentuk daun, bentuk buah,/biji, ataupun dari warna bunga, akan sangat membantu dalam pengelompokan pohon saat pembuatan matriks dan kunci determinasi.
Mungkin cukup sekian 7 Kendala dan Cara Strategis untuk Mengenali Pohon yang dapat diutarakan oleh seorang yang masih penuh keterbatasan dan dalam proses belajar ini. Kembali lagi, semua tergantung dari kemauan, usaha yang relatif, dan cara tiap pribadi yang pastinya berbeda satu sama lain J Semangat semuanya! Let’s beat the UAS and also the Fitogeography review session! (responsi)
“Life is not about getting the ‘score or mark’, but life is about how to understand things and make it valuable” -2ndHobo’s quote-